Minggu, 09 Desember 2012

Selamat Ulang Tahun :)

Sadarku berkata aku bukanlah kekasih terbaik untukmu, jikapun dibandingkan dengan kekasih orang tentu aku berada di urutan paling belakang aku juga manusia yang sangat emosional, labil, egois, sering arogan sikapku sering kali kekanakan, jauh dari harapan seorang kekasih yang bermartabat tinggi juga potret ideal seorang kekasih yang nantinya akan menjadi pendamping hidup namun diantara semua kelemahanku, slalu ku hantarkan segala yang bisa dan ku punya agar kamu merasa senang bahagia dan nyaman di hari-harimu. maka tatap dan dengarkan aku sekali ini saja: kupastikan diantara kekuranganku terselip sebongkah do'a untuk mu, takkan ku biarkan siapapun merendahkan mu, takkan ku biarkan seutas angin pun mengganggu hidupmu, bahkan takkan ku biarkan sepercik cahayapun mengusik tidurmu. hanya itu yang ku punya, ku bisa, ku perbuat untukmu. selebihnya maafkan semua gagalku dan khilaf ku selama ini NB: aku gg bisa memilih hadiah istimewa ataupun kejutan-kejutan menyenangkan seperti orang lain pada umumnya yang sedang memadu kasih, hanya catatan hati ini yang bisa kuberikan (plus kotak cokelat berisi sepasang cincin sederhana). Selamat Ulang tahun sayang :) Aku tersanjung dan terharu membaca catatan kecil dari Ardi kekasihku dia memang begitu dingin meskipun kami telah 2 tahun merajut kasih. Ulang tahun?? HHmmm, sering aku berfikir “ apa bedanya ia dengan hari-hariku yang lainnya? semuanya tetap terisi dengan rutinitas kecilku, hingga asap knalpot yang meremukkan ozon. Bahkan Ardi pun jarang sekali mengingatkan aku tentang hari yang menurut orang lain special”. “Nat, beruntung banget kamu punya pacar se romantis Ardi bahkan dia memberikan kejutan yang setiap perempuan dambakan bukan?” ucap Rini sesaat setelah aku membuka bungkusan beserta catatan kecil yang dititipkan Ardi kepada adikku tadi pagi. “hahahahha...” aku hanya menjawabnya dengan tertawa kecil “llooohhh.. koq malah cekikikan kaya gitu sih Nat? Aku aja pengen banget dikasih kejutan kaya gini”. Entah apa yang merasuki Ardi kala itu tak seperti biasanya pada hari ulang tahunku yang lalu-lalu bahkan dia tak pernah sempat mengucapkan Selamat Ulang Tahun sayang, atau kata apapun itu yang biasa di ucapkan dihari special kekasihnya. Dua hari telah berlalu Ardi belumjuga memberi ku kabar, bahkan pesan singkat yang ku kirim padanyapun tak ada satupun yang ia balas. Aku berkali-kali mencoba menghubunginya namun tetap saja usahaku takberhasil. Tak habis akal aku telfon adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama karena kekhawatiranku pada Ardi belum juga terjawab. “ia ka.. sudah tiga hari ka Ardi gg pulang kerumah, waktu itu ka Ardi pamit sama ibu katanya ka Ardi dapet tugas dari kantornya keluar kota”. “oohh begitu yah de, tapi ka Ardi gg bilang sama kaka kalo dia di tugaskan keluar kota” Sambungku kala itu. “loohh tumben banget yah ka?? Ibu juga mulai khawatir karena gg seperti biasanya ka Ardi susah sekali dihubungi seperti ini” balasnya. “Ya sudahlah de.. kita berfikir positif saja dan do’akan ka Ardi disana semoga dia baik-baik saja yah.. salam buat ibu dari kaka.. bilang sama beliau, maaf kalo kaka belum sempet nengok kesana yah..”. “ia ka.. pasti Niko sampaikan”. Berakhirlah percakapan singkat ku dengan Niko, sedikit demi sedikit kekhawatiranku terobati setelah aku mengetahui Ardi melakukan perjalanan dinas keluar kota. Siang tlah berganti malam, tak kuasa mata ini menahan kantuk yang teramat sangat. Meskipun jam dinding di kamarku masih menunjukkan pukul 07.30 malam. Perlahan tapi pasti ku tutup kedua mataku, (air mata mu berlinang membasahi pipi seakan kau sesali perpisahan ini) sayup masih terdengar nyanyian Tommy J Pisa yang ku putar pada Ipod yang ku gantung di leher. Tak sampai hitungan menit akupun telah sampai ke alam bawah sadarku. Tidurku terusik oleh bunyi telfon selular yang tergeletak tak jauh dari pembaringan usangku (1 Panggilan tak terjawab). “hhhmmm .. baru pukul 02.00 dini hari, siapa tadi yang telfon yah?” gumamku dalam hati. Saat aku buka kulihat nama (Sayang Ku :*) terhentak aku seketika aku kembali menelfon Ardi tak peduli jam berapa kala itu “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi”. Sesak rasanya karena bukan Ardi melainkan mesin penjawab yang bersuara kala itu. Tak bisa lagi ku pejamkan mata, kebosanan mulai datang. Ku putar sebuah lagu dari Secondhand Serenade ( Awake ) yang selalu aku dengarkan berdua bersama Ardi. Hingga tak terasa aku mulai berada kembali pada dunia mimpiku yang tadi ku tinggalkan. Aku berdiri, masih berpijak pada tanah yang basah masih halus benang-benang sutera itu melilit, masih terikat. Udara pengap masih menyelimuti ruang tidurku yang sempit. Bahkan mentari pagi pun belum membumbung menerobos masuk lewat jendela kecil itu. Tak enak perasaanku kala itu, apa yang terjadi dengan Ardi. “Kenapa dia menghilang setelah memberikan kejutan indah untukku? Bukankah cincin yang ia berikan adalah cincin yang nanti akan kita pakai saat hari pertunangan kita dilangsungkan?” pertanyaan pertanyaan yang tak ku dapatkan jawabannya itu terus menghantui dan mengoyak keyakinanku atas kesetiaan Ardi. 5 hari telalh berlalu dari hari ulang tahun ku tanggal 19 Oktober 2012 kemarin. “Nat, bagaimana dengan Ardi apakah dia sudah memberi kamu kabar?” tanya Rini sahabatku. “belum Rin, tak enak hati aku dibuatnya”. “lalu apa kamu sudah coba menghubungi keluarganya kembali? Barang kali Ardi menghubungi mereka!”. “beberapa waktu lalu aku sempat mendapatkan 1 buah Misscall dari Ardi tepat pukul 02.00 dini hari, tapi setelah aku hubungi kembali no handphone nya sudah kembali tidak aktif” ceritaku pada Rini. Satu minggu mulai terlewati, Ardi masih belum memberiku kabar bahkan usaha Rini membantuku untuk menemui Ardi pun tak berbuah apa-apa. Tak ku hiraukan perasaanku kala itu. Aku berusaha berfikir sepositif mungkin tentang keadaan Ardi disana. Hingga pada suatu hari Rini mengusulkan ku untuk menyusul Ardi ke kota diamana dia ditugaskan. “nih.. aku dapet susah payah alamat dimana Ardi tinggal selama dia bertugas di luar kota Nat, gunakan dengan baik yah.. jangan lama-lama menjenguknya, jika kamu sudah t au bagaimana kondisi dia langsung pulang.. oke “ ucap Rini. Dengan perasaan senang bercampur gelisah ku beritahukan ke inginan menyusul Ardi kepada ibu ku. “ia sayang, kamu boleh menyusulnya tapi cukup satu hari saja yah.. tidak enak jika kamu berlama-lama disana”. “baik bu” jawabku menyanggupi. Ke esokan harinya, aku memutuskan untuk pergi pagi-pagi buta karena takut terlalu malam sampai di kota tujuan. “bawa barang yang kamu perlukan saja Nat, bawa minyak angin, jaket juga, makanan kecil, handuk juga Nat”. “bu.. Nadia kan pergi Cuma satu hari, lagian Nadia kesana ingin mengetahui kondisi kesehatan Ardi.. itu saja buu.. Nadia bukan pergi untuk berkemah, ibu tenang saja.. sudah Nadia siapkan apa yang perlu Nadia bawa”. “hhmmm.. ibu khawatir sama kamu sayang, persaan ibu gundah seakan-akan ibu tak ingin berpisah darimu meskipun hanya sebentar”. “aahhh ibu ini.. itu perasaan ibu saja, maklum inikan kali pertama Nadia pergi jauh dari ibu.. ia kan bu?”. “ia.. mungkin juga sayang, kalau begitu cepat.. ibu sudah menyuruh Danang mengantarkan kamu ke stasiun agar mendapat tempat yang nyaman nantinya”. “baik bu, Nadia berangkat ya” Sambil ku cium tangan ibu, meminta do’a restu. Perlahan tapi pasti langkah kakiku meninggalkan ibu di pagi yang teramat masih dingin itu. Beberapa kondektur bus berteriak ke halte saat aku terpatung sendiri. Beberapa orang yang berdiri di halte sudah menyerbu masuk, membuat bus semakin sesak. Di dalam bus ku lihat sekeliling, orang sudah banyak yang mengisi tempat-tempat kosong sebelum aku datang, yang tersisa hanyala satu bangku kosong di pojok bagian belakang. Mau tidak mau aku harus menempati kursi itu, karena jika tidak cepat aku harus menunggui bus yang datang pada jam berikutnya. Disinilah aku berada sekarang, didalam bus yang penuh dengan berbagai macam orang didalamnya. Lagu di headphone memainkan Stellar-nya Incubus. Dan tak terasa aku pun ikut terlelap diiringi oleh suara gemuruh mesin bus dan beberapa lagu yang ku putar. Entah berapa jam aku tertidur saat terbangun headphone di kuping pun memainkan lagu But Not For Me oleh Chet Baker.  Although I can’t dismiss.. The memory of her kiss.. I guess she’s not for me.. Pemandangan jadi jelas diluar jendela. Bulan tidak lagi kelihatan dengan berakhirnya lagu ini dengan terlihatnya kota yang ku tuju. Aku setengah gontai berjalan keluar dari bus, tidak sulit untukku menemukan tempat dimana Ardi menginap saat ini karena Rini telah memberi tahuku bagaimana untuk menuju tempat Ardi. 30 menit setelah aku menaiki angkutan kota berwarna kuning aku sampai di sebuah gang yang tidak terlihat ramai. Hari minggu yang cerah, Ku susuri satu per satu rumah yang berjajar rapi, hingga akhirnya aku sampai di depan pintu bernomor 106. Ini rumah dimana Ardi tinggal, dengan perasaan cemas, canggung, malu dan gembira batinku berkecamuk. “ketuk, engga, ketuk, engga tapi kalo gg diketuk gakan tau hasilnya kaya gimana. Jauh-jauh aku datang kesini untuk menemui Ardi, masa ia aku harus membalikkan badan dan pulang?” belum beres hatiku berargumen. “Cari siapa mbak?” seseorang berdiri tepat dibelakangku menyampaikan lengannya pada bahu ini. “aku tahu suara siapa itu” tanpa ragu ku balikkan badan. Haru, bahagia saat melihat sosokyang ku rindukan. “Masya Allah Sayang.. kamu tahu tempat tinggalku darimana? Kapan kamu sampai? Dari jam berapa kamu berangkat?” dengan tatapan tanpa rasa bersalah Ardi terus-menerus melontarkan pertanyaan dan meraih tangan ku. Tak ku jawab satupn pertanyaan Ardi yang ada dibenakku saat itu adalah berbagai pertanyaan mengapa Ardi bisa sesantai itu, apakah dia tak merasa bersalah sedikitpun karena tak memberi ku kabar berhari-hari? Apakah dia tak merasakan kesedihanku karena ulahnya? Aku marah, kesal tapi aku merindukan nya. “ini tempat tinggal ku beberapa hari ini, sini biar aku bawakan barang-barangmu” perkataan Ardi seketika membuyarkan lamunanku, akupun melangkah mengikutinya tanpa rasa ragu masuk kedalam rumah mungil itu. Sesampainya didalam tercium wangi segar dari bunga lafender kesukaanku. Namun perasaan kesal ku belum hilang sepenuhnya. Aku diam tak sedikitpun berkata hingga Ardi mempersilahkan aku untuk beristirahat. Tak terasa dua jam aku terlelap, Ardi tak membangunkanku sama sekali. Kulihat jam dinding menunjukkna pukul 19.00 aku bangkit dan segera menuju kamar mandi. Kulihat Ardi tak ada disekeliling rumah tapi tak ku hiraukan. Bertemu dengan nya saja telah mengusir rasa khawatir yang menggejolak. Ku ganti kemejaku dengan sepotong sackdress asimetris warna-warni yang ku bawa dari rumah. Tapi busana ini membuat tubuhku jadi seksi berat. Aku sempat pula menghiasi mataku dengan spotlight eyes hijau melon dengan eye shadow kuning biar mataku terlihat segar. Rambut ku kuncir samping dan ku hiasi bibirku dengan lipgloss berwarna pinkbening. Dan tiba-tiba, ditengah cahaya lampu taman yang terang benderang,aku gg percaya ketika melihat sosok Ardi berjalan memasuki pintu gerbang sambil menggandeng cewek cantik pake tanktop warna pink dengan rambut kunciran model Braidside Tail. Aku tak yakin itu Ardi. Mereka terlihat mesra sekali. Bibirku pun bergetar. Beberapa detik aku tercenung dan berharap salah melihat, tapi semakin dekat sosok itu semakin jelas dan nyata bahwa aku gg salah lihat. Itu benar-benar Ardi. Aku tak menyangka jika di sini aku akan menyaksikan pemandangan yang membuat hatiku terkoyak, jantungku terasa bagai ditikam belati. Aku berbalik dan tertunduk diruang makan, aku tak mampu menahan kekecewaan. Seketika aku beranjak lagi ke kamar dan menguncinya dari dalam. Kesal, marah mendorongku untuk berfikir secepat kilat. Aku harus meninggalkan rumah ini, dengan segera ku bereskan semua barang bawaanku. Aku meninggalkan rumah Ardi lewat pintu belakang diam-diam kayak maling. Sampai dijalan raya aku berlari kencang dan berteriak takkaruan dalam hati. (BERSAMBUNG)