Minggu, 09 Desember 2012

Selamat Ulang Tahun :)

Sadarku berkata aku bukanlah kekasih terbaik untukmu, jikapun dibandingkan dengan kekasih orang tentu aku berada di urutan paling belakang aku juga manusia yang sangat emosional, labil, egois, sering arogan sikapku sering kali kekanakan, jauh dari harapan seorang kekasih yang bermartabat tinggi juga potret ideal seorang kekasih yang nantinya akan menjadi pendamping hidup namun diantara semua kelemahanku, slalu ku hantarkan segala yang bisa dan ku punya agar kamu merasa senang bahagia dan nyaman di hari-harimu. maka tatap dan dengarkan aku sekali ini saja: kupastikan diantara kekuranganku terselip sebongkah do'a untuk mu, takkan ku biarkan siapapun merendahkan mu, takkan ku biarkan seutas angin pun mengganggu hidupmu, bahkan takkan ku biarkan sepercik cahayapun mengusik tidurmu. hanya itu yang ku punya, ku bisa, ku perbuat untukmu. selebihnya maafkan semua gagalku dan khilaf ku selama ini NB: aku gg bisa memilih hadiah istimewa ataupun kejutan-kejutan menyenangkan seperti orang lain pada umumnya yang sedang memadu kasih, hanya catatan hati ini yang bisa kuberikan (plus kotak cokelat berisi sepasang cincin sederhana). Selamat Ulang tahun sayang :) Aku tersanjung dan terharu membaca catatan kecil dari Ardi kekasihku dia memang begitu dingin meskipun kami telah 2 tahun merajut kasih. Ulang tahun?? HHmmm, sering aku berfikir “ apa bedanya ia dengan hari-hariku yang lainnya? semuanya tetap terisi dengan rutinitas kecilku, hingga asap knalpot yang meremukkan ozon. Bahkan Ardi pun jarang sekali mengingatkan aku tentang hari yang menurut orang lain special”. “Nat, beruntung banget kamu punya pacar se romantis Ardi bahkan dia memberikan kejutan yang setiap perempuan dambakan bukan?” ucap Rini sesaat setelah aku membuka bungkusan beserta catatan kecil yang dititipkan Ardi kepada adikku tadi pagi. “hahahahha...” aku hanya menjawabnya dengan tertawa kecil “llooohhh.. koq malah cekikikan kaya gitu sih Nat? Aku aja pengen banget dikasih kejutan kaya gini”. Entah apa yang merasuki Ardi kala itu tak seperti biasanya pada hari ulang tahunku yang lalu-lalu bahkan dia tak pernah sempat mengucapkan Selamat Ulang Tahun sayang, atau kata apapun itu yang biasa di ucapkan dihari special kekasihnya. Dua hari telah berlalu Ardi belumjuga memberi ku kabar, bahkan pesan singkat yang ku kirim padanyapun tak ada satupun yang ia balas. Aku berkali-kali mencoba menghubunginya namun tetap saja usahaku takberhasil. Tak habis akal aku telfon adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama karena kekhawatiranku pada Ardi belum juga terjawab. “ia ka.. sudah tiga hari ka Ardi gg pulang kerumah, waktu itu ka Ardi pamit sama ibu katanya ka Ardi dapet tugas dari kantornya keluar kota”. “oohh begitu yah de, tapi ka Ardi gg bilang sama kaka kalo dia di tugaskan keluar kota” Sambungku kala itu. “loohh tumben banget yah ka?? Ibu juga mulai khawatir karena gg seperti biasanya ka Ardi susah sekali dihubungi seperti ini” balasnya. “Ya sudahlah de.. kita berfikir positif saja dan do’akan ka Ardi disana semoga dia baik-baik saja yah.. salam buat ibu dari kaka.. bilang sama beliau, maaf kalo kaka belum sempet nengok kesana yah..”. “ia ka.. pasti Niko sampaikan”. Berakhirlah percakapan singkat ku dengan Niko, sedikit demi sedikit kekhawatiranku terobati setelah aku mengetahui Ardi melakukan perjalanan dinas keluar kota. Siang tlah berganti malam, tak kuasa mata ini menahan kantuk yang teramat sangat. Meskipun jam dinding di kamarku masih menunjukkan pukul 07.30 malam. Perlahan tapi pasti ku tutup kedua mataku, (air mata mu berlinang membasahi pipi seakan kau sesali perpisahan ini) sayup masih terdengar nyanyian Tommy J Pisa yang ku putar pada Ipod yang ku gantung di leher. Tak sampai hitungan menit akupun telah sampai ke alam bawah sadarku. Tidurku terusik oleh bunyi telfon selular yang tergeletak tak jauh dari pembaringan usangku (1 Panggilan tak terjawab). “hhhmmm .. baru pukul 02.00 dini hari, siapa tadi yang telfon yah?” gumamku dalam hati. Saat aku buka kulihat nama (Sayang Ku :*) terhentak aku seketika aku kembali menelfon Ardi tak peduli jam berapa kala itu “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi”. Sesak rasanya karena bukan Ardi melainkan mesin penjawab yang bersuara kala itu. Tak bisa lagi ku pejamkan mata, kebosanan mulai datang. Ku putar sebuah lagu dari Secondhand Serenade ( Awake ) yang selalu aku dengarkan berdua bersama Ardi. Hingga tak terasa aku mulai berada kembali pada dunia mimpiku yang tadi ku tinggalkan. Aku berdiri, masih berpijak pada tanah yang basah masih halus benang-benang sutera itu melilit, masih terikat. Udara pengap masih menyelimuti ruang tidurku yang sempit. Bahkan mentari pagi pun belum membumbung menerobos masuk lewat jendela kecil itu. Tak enak perasaanku kala itu, apa yang terjadi dengan Ardi. “Kenapa dia menghilang setelah memberikan kejutan indah untukku? Bukankah cincin yang ia berikan adalah cincin yang nanti akan kita pakai saat hari pertunangan kita dilangsungkan?” pertanyaan pertanyaan yang tak ku dapatkan jawabannya itu terus menghantui dan mengoyak keyakinanku atas kesetiaan Ardi. 5 hari telalh berlalu dari hari ulang tahun ku tanggal 19 Oktober 2012 kemarin. “Nat, bagaimana dengan Ardi apakah dia sudah memberi kamu kabar?” tanya Rini sahabatku. “belum Rin, tak enak hati aku dibuatnya”. “lalu apa kamu sudah coba menghubungi keluarganya kembali? Barang kali Ardi menghubungi mereka!”. “beberapa waktu lalu aku sempat mendapatkan 1 buah Misscall dari Ardi tepat pukul 02.00 dini hari, tapi setelah aku hubungi kembali no handphone nya sudah kembali tidak aktif” ceritaku pada Rini. Satu minggu mulai terlewati, Ardi masih belum memberiku kabar bahkan usaha Rini membantuku untuk menemui Ardi pun tak berbuah apa-apa. Tak ku hiraukan perasaanku kala itu. Aku berusaha berfikir sepositif mungkin tentang keadaan Ardi disana. Hingga pada suatu hari Rini mengusulkan ku untuk menyusul Ardi ke kota diamana dia ditugaskan. “nih.. aku dapet susah payah alamat dimana Ardi tinggal selama dia bertugas di luar kota Nat, gunakan dengan baik yah.. jangan lama-lama menjenguknya, jika kamu sudah t au bagaimana kondisi dia langsung pulang.. oke “ ucap Rini. Dengan perasaan senang bercampur gelisah ku beritahukan ke inginan menyusul Ardi kepada ibu ku. “ia sayang, kamu boleh menyusulnya tapi cukup satu hari saja yah.. tidak enak jika kamu berlama-lama disana”. “baik bu” jawabku menyanggupi. Ke esokan harinya, aku memutuskan untuk pergi pagi-pagi buta karena takut terlalu malam sampai di kota tujuan. “bawa barang yang kamu perlukan saja Nat, bawa minyak angin, jaket juga, makanan kecil, handuk juga Nat”. “bu.. Nadia kan pergi Cuma satu hari, lagian Nadia kesana ingin mengetahui kondisi kesehatan Ardi.. itu saja buu.. Nadia bukan pergi untuk berkemah, ibu tenang saja.. sudah Nadia siapkan apa yang perlu Nadia bawa”. “hhmmm.. ibu khawatir sama kamu sayang, persaan ibu gundah seakan-akan ibu tak ingin berpisah darimu meskipun hanya sebentar”. “aahhh ibu ini.. itu perasaan ibu saja, maklum inikan kali pertama Nadia pergi jauh dari ibu.. ia kan bu?”. “ia.. mungkin juga sayang, kalau begitu cepat.. ibu sudah menyuruh Danang mengantarkan kamu ke stasiun agar mendapat tempat yang nyaman nantinya”. “baik bu, Nadia berangkat ya” Sambil ku cium tangan ibu, meminta do’a restu. Perlahan tapi pasti langkah kakiku meninggalkan ibu di pagi yang teramat masih dingin itu. Beberapa kondektur bus berteriak ke halte saat aku terpatung sendiri. Beberapa orang yang berdiri di halte sudah menyerbu masuk, membuat bus semakin sesak. Di dalam bus ku lihat sekeliling, orang sudah banyak yang mengisi tempat-tempat kosong sebelum aku datang, yang tersisa hanyala satu bangku kosong di pojok bagian belakang. Mau tidak mau aku harus menempati kursi itu, karena jika tidak cepat aku harus menunggui bus yang datang pada jam berikutnya. Disinilah aku berada sekarang, didalam bus yang penuh dengan berbagai macam orang didalamnya. Lagu di headphone memainkan Stellar-nya Incubus. Dan tak terasa aku pun ikut terlelap diiringi oleh suara gemuruh mesin bus dan beberapa lagu yang ku putar. Entah berapa jam aku tertidur saat terbangun headphone di kuping pun memainkan lagu But Not For Me oleh Chet Baker.  Although I can’t dismiss.. The memory of her kiss.. I guess she’s not for me.. Pemandangan jadi jelas diluar jendela. Bulan tidak lagi kelihatan dengan berakhirnya lagu ini dengan terlihatnya kota yang ku tuju. Aku setengah gontai berjalan keluar dari bus, tidak sulit untukku menemukan tempat dimana Ardi menginap saat ini karena Rini telah memberi tahuku bagaimana untuk menuju tempat Ardi. 30 menit setelah aku menaiki angkutan kota berwarna kuning aku sampai di sebuah gang yang tidak terlihat ramai. Hari minggu yang cerah, Ku susuri satu per satu rumah yang berjajar rapi, hingga akhirnya aku sampai di depan pintu bernomor 106. Ini rumah dimana Ardi tinggal, dengan perasaan cemas, canggung, malu dan gembira batinku berkecamuk. “ketuk, engga, ketuk, engga tapi kalo gg diketuk gakan tau hasilnya kaya gimana. Jauh-jauh aku datang kesini untuk menemui Ardi, masa ia aku harus membalikkan badan dan pulang?” belum beres hatiku berargumen. “Cari siapa mbak?” seseorang berdiri tepat dibelakangku menyampaikan lengannya pada bahu ini. “aku tahu suara siapa itu” tanpa ragu ku balikkan badan. Haru, bahagia saat melihat sosokyang ku rindukan. “Masya Allah Sayang.. kamu tahu tempat tinggalku darimana? Kapan kamu sampai? Dari jam berapa kamu berangkat?” dengan tatapan tanpa rasa bersalah Ardi terus-menerus melontarkan pertanyaan dan meraih tangan ku. Tak ku jawab satupn pertanyaan Ardi yang ada dibenakku saat itu adalah berbagai pertanyaan mengapa Ardi bisa sesantai itu, apakah dia tak merasa bersalah sedikitpun karena tak memberi ku kabar berhari-hari? Apakah dia tak merasakan kesedihanku karena ulahnya? Aku marah, kesal tapi aku merindukan nya. “ini tempat tinggal ku beberapa hari ini, sini biar aku bawakan barang-barangmu” perkataan Ardi seketika membuyarkan lamunanku, akupun melangkah mengikutinya tanpa rasa ragu masuk kedalam rumah mungil itu. Sesampainya didalam tercium wangi segar dari bunga lafender kesukaanku. Namun perasaan kesal ku belum hilang sepenuhnya. Aku diam tak sedikitpun berkata hingga Ardi mempersilahkan aku untuk beristirahat. Tak terasa dua jam aku terlelap, Ardi tak membangunkanku sama sekali. Kulihat jam dinding menunjukkna pukul 19.00 aku bangkit dan segera menuju kamar mandi. Kulihat Ardi tak ada disekeliling rumah tapi tak ku hiraukan. Bertemu dengan nya saja telah mengusir rasa khawatir yang menggejolak. Ku ganti kemejaku dengan sepotong sackdress asimetris warna-warni yang ku bawa dari rumah. Tapi busana ini membuat tubuhku jadi seksi berat. Aku sempat pula menghiasi mataku dengan spotlight eyes hijau melon dengan eye shadow kuning biar mataku terlihat segar. Rambut ku kuncir samping dan ku hiasi bibirku dengan lipgloss berwarna pinkbening. Dan tiba-tiba, ditengah cahaya lampu taman yang terang benderang,aku gg percaya ketika melihat sosok Ardi berjalan memasuki pintu gerbang sambil menggandeng cewek cantik pake tanktop warna pink dengan rambut kunciran model Braidside Tail. Aku tak yakin itu Ardi. Mereka terlihat mesra sekali. Bibirku pun bergetar. Beberapa detik aku tercenung dan berharap salah melihat, tapi semakin dekat sosok itu semakin jelas dan nyata bahwa aku gg salah lihat. Itu benar-benar Ardi. Aku tak menyangka jika di sini aku akan menyaksikan pemandangan yang membuat hatiku terkoyak, jantungku terasa bagai ditikam belati. Aku berbalik dan tertunduk diruang makan, aku tak mampu menahan kekecewaan. Seketika aku beranjak lagi ke kamar dan menguncinya dari dalam. Kesal, marah mendorongku untuk berfikir secepat kilat. Aku harus meninggalkan rumah ini, dengan segera ku bereskan semua barang bawaanku. Aku meninggalkan rumah Ardi lewat pintu belakang diam-diam kayak maling. Sampai dijalan raya aku berlari kencang dan berteriak takkaruan dalam hati. (BERSAMBUNG)

Senin, 06 Juni 2011

Preman Cantik Jatuh Cinta

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA Hhhhuuuhhh... terkadang memang sulit jika sudah berbicara tentang hati.. kadang membuat aku tersenyum bahagia, tapi tak jarang aku malah menitikan air mata karenanya..
Hahahaha.. Jika saja kedua sahabatku yang autis itu tau mereka pasti tak segan akan menertawakanku.

Namaku Rasya Pratama, aku dilahirkan 19thn yang lalu pada tanggal 6juni di salah satu Rumah Sakit yang berada dikota kembang.
Sejak kecil aku tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kejutan kehidupan.
Karena Ayah dan Bunda yang begitu memanjakanku, membuat aku tumbuh menjadi Gadis Cilik cengeng yang pemalu. Bahkan ketika adik pertamaku lahir aku tak mau kalah saing perhatian.

Tapi semua itu tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan tawa yang selalu menghiasi kebersamaan keluargaku berubah.
Semuanya berawal dari kesalahan ayahku 9thn yang lalu, dengan menikahi janda yang telah mempunyai seorang putri.
Tawa yang semula menghiasi dinding rumah kamipun tak terdengar lagi meskipun kini bunda kembali diKaruniai seorang anak laki-laki yang begitu di idam-idamkan ayah.

Aku gadis cilik cengeng yang manja tumbuh dan berubah menjadi seorang gadis remaja cerewet, super jail yang benar-benar terlihat ceria.

"Gimana hasilnya yahh..?" Ucap Nadien, dengan wajah gelisah.
"Lagi mikirin hasil UN, loe.. Natt?" Tanya Ririen Kemudian, yang seketika memaksaku untuk membuyarkan lamunan kala itu..
"hahahaha... kalian berdua kenapa? santai dikit napa.. gue aja yang gg belajar sedikitpun waktu mau UN optimis bakalan LULUS niiihhh...!!" dengan gaya Alay menggoda kedua sahabatku.
"waahhh.. parah loe, gg takut apa kalo loe gg lulus? bisa-bisa mati berdiri tuh c.Bunda!" sindir Nadien kemudian. Ririen yang hanya ikut tersenyum kemudian memeluk kami berdua.
"wahhh..waahhh.. pelecehann niih.. udah kaya Dipsi, Lala Pooh aja pake pelukan segala..hahahahha" sambil tertawa geli ku balas pelukan Ririen yang kemudian disusul oleh pertanyaan Nadien dengan tatapan tajam dan herannya.
"kenapa sih loe Rien? perasaan aneh banget hari ini? diajak ke kantin gg mau padahal gue yang mau traktir, trus diajak nongkrong depan kelas Otomotif XII-A.23 juga loe gg mau padahalkan ada kecengan loe disana.. gg kaya biasanya gokil nn.. soo jaimm.. dan sekarang tambah aneh.. pake acara pelukan segala!!"
"Sobb.. makasih .. makasih banget.. gue seneng banget kenal dan jadi sodara kalian berdua, gue bangga .. walaupun gg jarang kita berantem gara-gara hal sepele, rebutan cowok, rebutan makanan, saling ngejek, mandi, tidur bahkan sampe minum satu bertiga aja kita pernah alamin bareng." ucap Ririen yang menghentikan guyonan Aku dan Nadien.

Memang waktu 6thn bukan waktu yang singkat.
Sejak kami bertiga menduduki Sekolah Menengah Pertama, hingga kini kami akan segera LULUS dari sebuah Sekolah Menengah Kejuruan, persahabatan ini terjalin. yahh.. meskipun Aku dan Nadien sempat kecewa karena Ririen gg satu sekolah lagi kala SMK.

"Inti dari ucapan loe apa sih Rien? gue bingung sikap sama ucapan loe belakangan ini aneh, kaya mau ninggalin kita aja loe..!! bete ahh gue.." Nadien berucap kesal.
"SURABAYA.." cetusku kemudian.
"Maksud loe apa sih Ya..ngawuurrr!!" Belum sempat aku melanjutkan terdengar suara halus itu memanggil dari kejauhan.

"entah sampai kapan loe mau buka pintu hati loe.. tapi gue janji, gue gg bakalan nyerah .. dan gue bakalan ikutin loe kemanapun loe pergi.. itu semua cuman buat loe Rasya Pratama.."

Seharusnya rasa bahagia kala itu ku perlihatkan pada dia yang berani malu berteriak di tengah -tengah lapangan basket yang jaraknya tak jauh dengan kelas dimana aku dan kedua sahabatku diam kala itu, tetapi sayang karena traumaku mengigat perlakuan seorang laki-laki yang seharusnya menjaga malah membuat tetesan airmata memaksaku mengalihkan berbagai macam problema yang selalu menyangkut tentang perasaan.
Tak jarang mereka yang mengenalku menjuluki sebagai gadis preman karena aku tak seperti kebanyakan anak remaja perempuan yang hobby bersolek dan merawat body bahkan tak jarang gonta-ganti pacar..

"Anjritt.. gokil banget tuh cowok, saluuttt gue.!! gg malu apa dia teriak depan banyak orang sampe guru ikut keluar juga saking hebohnya..!!"
"hahahahaaa.... yang ini biasa Rien, malahan yang lebih parah waktu minggu kemaren tuh anak berlutut ngatain cinta. Tapi Parahnya Rasya pergi ninggalin tu anak, eehhh gue kira akalnya bakalan abis gitu aja.. ia malu lah, udah dicuekin masa mau ngejar-ngejar terus...tapi ternyata gg, nohh,, gila kan tu anak". Nadien menjelaskan sebagian kecil kegilaan yang ku alami belakangan ini.

Dia Adrian cowok cakep kelahiran Jakarta yang juga anak STM dari sekolah tetangga saingan berat sekolahku, saking nekatnya dia tetap berani menemuiku meskipun beberapa teman cowokku telah berulang kali memarahinya.
Kami pertamakali jumapa saat pesta ulangtahun sepupuku.
Malam itu musik dan tawa yang berderai bikin hatiku melambung gembira, karena bisa melupakan sejenak masalah yang kuhadapi seharian dirumah.
Bahkan aku lihat cowok-cewek dengan gaya unik berseliweran.
Tiba-tiba deg.. Jantungku serasa terhenti, mataku berpapasan dengan mata kelam hitam, dia tinggi dan tampan enn..hhmm menawan. begitulah kesan pertamaku saat melihat sosok Adrian, tetapi lagi-lagi harus ku alihkan rasa ini karena kembali kuteringat bayang Ayahku saat menyakiti ibu.

"Sudahlah Adrian, sebaiknya loe pulang aja.. percuma, Rasya gg bakal mungkin suka sama loe, anak-anak cowok disekolah kita yang keren sekalipun gg pernah dia tengok.. sombong dia jadi cewek, ia kalo cantik.!!". cetus Mira
"Gue gg bakalan nyerah.. gue bakal balik lagi, bahkan gue pengen nanti satu Universitas sama dia, dia cewek yang special, beda dari cewek-cewek yang pernah gue temui sebelumnya". Jawab Adrian yakin.

"Gg gue pungkiri sobb, gue juga sayang sama dia. bahkan gue pengen lebih.. gue pengen kaya kebanyakan anak-anak cewek normal yang pada punya pacar...
tapi tiap gue nyoba, bayangan Ayah gue sendiri selalu dateng dan itu bikin gue benci banget sama makhluk yang namanya [cowok] ". tegasku
"Loe salah Ya, jangan selalu loe anggap semua cowok sama kaya ayah loe.. loe rugi banget kalo loe punya fikiran kaya gitu.. lihat disekeliling loe..dunia remaja indah soobb, sayang banget kalo loe lewatin". ucap Ririen yang kemudian kembali menunjukan wajah sedihnya

entahlah berulang kali aku mencoba, tetapi tak pernah berhasil..
bayangan itu terlalu kuat sehingga menimbulkan Phobia yang amat besar padaku dan mengganggu kehidupanku kala remaja, yang seharusnya banyak hal yang ku isi dengan hal-hal indah.

Singkat cerita hasil kelulusanpun kami terima. Aku dan Nadien yang sampai ditempat dimana kami TRIO GOKIL ngumpul, cemas dengan keterlambatan Ririen, karena Ririenlah yang bisanya datang Ontime.
Hingga samar terdengar suara alunan musik merdu yang diputar dari sebuah MP4. [Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka, saat kita tertawa] yah.. alunan Lagu Peterpen yang Ririen putar.

"aaahhhh... loe kmana aja sobb? jam segini baru nongol, dan tumben banget puter lagu sedih ?" tanya Nadien memecah keheningan.
"Gue mau Pamit Sobb.. lagu ini sengaja gue puter biar kalian selalu inget saat-saat dimana kita bareng-bareng dari SMP dulu".
"Maksud loe apa sih Rien? loe jangan bikin gue takut doong, gg lucu tau becandanya.. Nihhh gue sama Rasya LULUS, kalo loe gimana?" dengan wajah yang sedikit ditekuk Nadien menunjukan surat kelulusan kepada Ririen.
"Sobb inget gg waktu kita masak mie pake telor dirumah gue? waktu itu mie 3bungkus + telor 2 tetep aja bikin kita bertiga kelaperan.. lagu yang waktu itu kita puter lagunya tipe-x kan yang 'kamu gg sendirian' nah itu lagu yang jadi soudtrack waktu persahabatan ini kita mulai saat SMP 6thn yang lalu". Cetus Ririen menghiraukan pertanyaan Nadien
"gue juga inget Soobb, lagunya projectpop 'ingatlah hari ini' itu juga jadi sountrack persahabatan kita sampe SMK 3thun kmren". Jawabku melanjutkan, karena aku telah mengetahui rencana orangtua Ririen yang akan Pindah Rumah ke Kota Pelajar [Surabaya].
"lalu apa hubungannya? kenapa sihh jadi mellow gini soob? padahal hari ini harusnya kita seneng-seneng bukannya sedih kaya mau perpisahan aja.."
"Natt.. gue sebenernya dah 1bulan terakhir tau dari orangtua Ririen kalo abis dibagi kelulusan Ririen ngikut pindah ke Surabaya, tapi waktu gue mau cerita sama loe, Ririen bilang jangan dulu cerita..sorry yahh Natt..!!"
"Gue sengaja Natt.. gue pengen gue sendiri yang kasih tau loe kalo gue bakalan ngikut Ortu, mangkanya gue ngelarang Rasya buat bilang sama loe.. tapi gue janji koq, gue gg bakalan lupain kalian soobb.. kalian sodara gue sampai kapanpun..". Itulah hari terakhir dimana Kita bertiga ngumpul bareng.

setelah hari kelulusan Satu persatu orang yang kusayang kembali meninggalkanku, Sahabat yang selama 6thn lamanya menemani langkahku kini keduanya menghilang...
yyaaahhhh...
Seperti yang telah aku duga sebelumnya, setelah Ririen yang benar-benar ikut kedua orangtuanya kini giliran Nadien yang meninggalkanku..
Keputusan Nadien untuk tidak melanjutkan study kejenjang yang lebih tinggi karena alasan ingin mandiri, membuat aku semakin ajuh darinya.

lengkaplah sudah kesendirianku, ditambah Adrian yang benar-benar menghilang tanpa ada kabar sedikitpun kepadaku.

"Rasya maafin gue, gue gg mungkin bisa kaya dulu yang setiap waktu nemenin loe, dengerin curhatan loe, sekarang gue punya tanggung jawab". itu adalah kata-kata terakhir dari Nadien saat aku menemuinya.. Tak ada yang bisa ku ucap.. karena perkataan Nadien memang benar..!!

Empat bulan lamanya setelah hari kelulusan, aku benar-benar tak mendapati kabar tentang kedua Sahabatku itu. Komunikasi kami bertiga terputus begitu saja.
Libur panjang selama menunggu ujian masuk Universitas Negri membuat aku Jenuh dan kesal karena tak ada sedikitpun kegiatan yang membuat aku Lupa akan kemelut kehidupan keluargaku, padahal hari-hari sebelumnya sangatlah berbeda saat hadirnya sosok seorang Adrian yang benar-benar sabar menunggu pintu hatiku terbuka, ocehannya dan rayuan gombalnya kini membuat aku sangat merindukannya.

"Malem ini dingin banget Cha.. tapi gg tau kenapa tubuh gue anget, kaya pake mantel bulu... heu ". gumamku
"Gila.. loe bilang kaya pake mantel bulu? gg waras kali yahhh? loe pake tangtop gitu.. masuk angin baru tau rasa loe.." menggeleng heran
"tadi waktu minum, gelas pecah, trus tiba-tiba gue kangen banget sama cowok tengil yang selalu bikin gue ngakak.. ada apa ya?"
"aaahhhh....loe jatuh cinta kali sama dia, atau loe kangen..sekarangkan gada yang godain loe kaya waktu smk kemaren".
"ia mungkin.. tapi koq aneh yaahhhhh,,, kemaren malem gue mimpi ketemu tu anak, dia cakep pake blazer celana sama kaos putih polet item, dia senyum sambil pegang pundak gue, tapi pas gue mau balik pegang tangan dia..dia malah pergi sambil nunduk kaya yang nyesel.. gg tau kenapa.. gue jadi pengen banget ketemu dia, tapi kayaknya tu anak emang cuman gombal yah.. hhmmm dasar ABABIL |wllleeekkk". Gerutuku.

Keseharian yang lagi-lagi membuat emosiku tak stabil akhirnya membuat kesehatanku kembali terganggu, hingga aku harus menginjakan kembali kedua kakiku ditempat yang paling aku benci.
Dan dihari itupula aku kembali harus menerima kenyataan dan merelakan sesuatu pergi, hingga penyesalan tiada akhir terus menghantuiku.

"Rasya.. ngapain loe di Rumah Sakit?" Tanya Danu yang membuat keringat dingin tanganku berjatuhan.
"Loee...Loee Danu? eeemmmpphhh.. gue..." Belum selesai aku berbicara danu memotong perkataanku.
"Ya.. gue tau Loe gg pernah suka sama Adrian, tapi gg ada salahnya loe terima pemberian terakhir dia kan?". Ucapan Danu yang singkat membuatku berfikir sejenak, semakin bingung dan tak kumengerti sedikitpun.
"Loe ngomong apa sih Dan...Adrian? kenapa dengan dia? bukannya dia balik ke Jakarta buat ngelanjutin studinya kan? Tanyaku tak henti.
Danu seketika terlihat heran dan menyesal telah berucap hal yang ternyata tidak aku ketahui.
"Jadi loe gg tau sama sekali tentang Adrian?? Maafin gue Ya, gue bodoh gg seharusnya gue cerita sama orang yang gg pantas disayang, saking gg pedulinya loe sama Adrian bahkan loe gg tau semua ini karena loe???".
"Maksud loe apa? gue tau gue emang salah tiap kali Adrian bilang sayang gg pernah gue respon, tapi itu bukan berarti gue gg peduli dan gg sayang sama dia.. gue cuman butuh waktu buat yakin kalo dia gg bakalan nyakitin gue..loe jangan seenaknya nge JUDGE orang kaya gitu kalo loe gg tau apa yang sebenarnya terjadi ..!!' Bentakku seketika
>>
"Malem itu Adrian sempet nelfon gue.. dia bilang lagi diperjalanan dari Jakarta ke Bandung buat nemuin loe, buat ngebuktiin janji dia yang mungkin gg pernah loe denger satupun..
Masih jelas banget suara dia wktu dia minta saran dari gue biar dia gg gerogi karena mau nyatain lagi perasaannya meskipun udah gg tau berapa kali gg pernah loe respon.".
"Lantas apa maksud ucapan loe tadi? dan sekarang Adrian dimana?" ucapku yang kembali memecah keheningan ketika Danu kembali bungkam.
"Diperjalanan menuju rumah loe, waktu itu dia masih sempet bales masage gue.. tapi tak lama dari itu gue gg pernah tau apa yang terjadi sama dia.. Nophone nya gg pernah bisa dihubungin, sampe akhirnya kepaksa gue nelfon kakaknya dia".
"Intinya aja dehh.. bentar lagi No urut gue tuhh.." Ucapku penasaran
"Gue tau setelah satu bulan Adrian gg ada,
kknya bilang saat belum sampai Bandung Adrian kecelakaan, dia [Alm] tewas waktu diperjalanan menuju Rumah Sakit. Sebelum Alm. tewas dia sempet bicara sama kakaknya buat ngasihin gaun putih yang waktu malem kejadian dia bawa buat loe..". tegas Danu memperjelas cerita.

Tubuhku lunglai, lemas bercampur rasa sakit tak tertahankan mengetahui Adrian yang beberapa bulan terakhir sangat aku rindukan,
yang selama beberapa bulan juga aku tunggu dan berharap dia menepati janji. Ternyata telah pergi mendahuluiku menghadap Sang ILLAHI.
Wajah dan suara Danu yang terus memandangi dan memanggil namaku perlahan samar dan hilang tak terdengar lagi.
Dalam ketiadaan itu aku disergap rasa kaku, melihat sosok yang sangat aku rindukan kehadirannya. rasa sesal yang takan pernah mungkin mengembalikannya lagi seketika menghujam dan membuat tubuhku ngilu hingga meneteskan airmata penyesalan tak berujung.
Semenjak kejadian itu aku mulai kembali sakit-sakitan, rambut hitamku aku warnai menjadi merah dan kupotong pendek, takpernah lagi kurawat tubuhku. Aku benar-benar berubah menjadi gadis remaja tomboy, urakan, nakal yang tak banyak bicara. Celana Jeans dan kaos oblong, komputer dan buku gambar yang menajadi teman dikeseharianku. Bahkan Saudara-saudaraku menyebutku Anak Autis. yang sibuk dengan duniaku sendiri.

Hingga penyesalan itu membuatku benar-benar memutuskan untuk tidak lagi mengenal cinta. Bahkan Cowok-cowok yang sempat mendekatikupun mengatakan aku gadis preman berhati batu.
Takmau dan tak ku buka sedikitpun pintu hatiku, karena rasa bersalahku kepada Alm. Adrian yang membuat aku takut mencintai karena takut kehilangan lagi.

Saat pertama kali menempatkan diri di lingkungan baru memang tidak sulit untuk aku beradaptasi. Hari pertama saja sudah beberapa cewek bahkan cowok yang menjadi teman dekatku.
Satu minggu kemudian muncul sosok baru dalam kehidupanku..
Galang Ramdhani namanya. hhhhmmmmm... orang aneh, geje super narsis.
Satu, dua, tiga hari berlalu dia tak kunjung menyerah, meskipun sikapku dingin, acuh bahkan seringkali tak kudengarkan dia berbicara.
"Dia mirip Alm. Adrian..sikapnya yang tak mudah menyerah membuat gue teringat sosok Alm. lagi" gumamku dalam hati

Kini 6bln lebih aku tercatat sebagai seorang Mahasiswi semester pertama di salah satu Politeknik ternama kota kembang. Tetapi meskipun waktu telah berlalu lama fikiran tentang Alm. dan rasa sesalku tak pernah hilang sedikitpun, bahkan semakin kuat.

"Jangan sia-siakann waktu, jangan bikin orang lain sakit lagi dan berharap terlalu lama.. jika loe juga sayang gg ada salahnya buat ungkap hal yang sama.. loe boleh benci sikap Ayah loe loe juga boleh simpan rasa sayang loe, tapi gg adil rasanya kalo loe ngeJudge semua cowok kaya Ayah Loe.. Rasya! loe butuh seseorang yang bisa ngejagain loe, ngelindungin, hibur loe nemenin loe gantiin posisi gue..!!".
Airmata yang takpernah kupinta kehadirannya mengucur begitu deras, kembali aku disergap penyesalan takber ujung. Saat aku tersadar bayangan itu tak nampak lagi.

"Astagfirullah,," begitu jelas terdengar seakan-akan memang nyata.. mungkin dia ingin mengingatkan aku agar aku tak mengulagi kesalahan untuk keduakalinya.
Tetapi mungkin tidak dengan Galang.
Seakan dunia kala itu menyorakiku. tak ada tempat untukku bersandar, tak ada lagi rasa dan kata yang dapat tersentuh hati.
hingga satu minggu aku tak mengikuti kegiatan belajar di kampus, aku hanya bisa terbaring lemah diranjang usangku.. terlalu berat fikiran ini ku simpan sendiri..
meskipun waktu berlalu begitu cepat. aku selalu menghindar dari Galang. Belum bisa bahkan tak adil rasanya jika aku harus secepat ini menggantikan Alm. Adrian..

"Sampai kapan Ya.. loe mau disumpahin orang gara-gara kejutekan loe.. atau jangan-jangan loe gg normal yahhh??" wulan mengejekku sambil tertawa cekikikan..
"Beuuhhh.. seenak nya aja loe ngatain orangg..belom ada yang pass aja di hati .. hahahaha".
"ahhh alasan sajahh... cowok cakep udah ada yang mau ditolak mentah-mentah.. cowok imut, baik hatii gg di tengok juga..hhuuuhhh...". gerutu Wulan kemudian.
Aku yang hanya bisa membalas dengan senyuman, bergegas kuberlalu dari pandangan Wulan dan kembaliku berfikir dalam khayal kosong..
Angkuhku memaksaku untuk kembali terus berjalan. Menekuni kerikil-kerikil jalanan yang banyak berlubang. Langkah kakiku pelan, tak bisa cepat melaju.
Saat itu tak ada yang istimewa karena berderet mobil akan menggusur berisiknya siang yang akan menggilas waktu. Angin pun bahkan enggan menyapaku, hanya untuk sekedar menjabat sebagai sahabat.
Kakiku yang sesiang tadi diminta menjajal semua arus jalan dan tanah berhenti sejenak. Kualirkan sebentuk nafas lelah panjangku disekeliling kepadatan dan Sejuknya Angin senja kala itu.

Persis.. diatas dedaunan pohon yang mulai botak karena daun-daunnya perlahan berguguran aku kembali menghirup udara hampa senja itu.. aku tak mau apa-apa.
Aku hanya ingin kembalikan waktu yang sempat kusia-siakan karena egoku. Buatku dia adalah segalanya, Tak peduli seluruh alam raya sekarang mencumbu, merayu. Hatiku hanya satu untuknya sesalku yang selalu kurindu.
Bintang-bintang itu boleh marah bahkan menghujatku tak tau malu mungkin juga bergosip tak menyenangkan tentangku dan penyesalanku.
Tapi aku tetap tak peduli..
Aku hanya inginkan sesalku kembali disisa hidupku.. walau hanya Doa ku yang mungkin akan dia terima, bukan tangisku.

Malam menutup senja yang elok, hingga hembusan anginpun menyapa pagi yang baru.. seperti biasa, tak ada yang istimewa, Bangun pagi - olahraga - mandi - sarapan - pergi kekampus - lalu pulang . hhhmmm,, kegiatan yang membosankan.

"Hehhh.. orang aneh, di perpustakaan ada Buku Baru lhooo..mau pinjem gg? keburu keduluan orang tuuhh". ajak wulan seketika, yang aku sendiri tak menyadari kapan dia tiba disampingku..
[dengan hanya menganggukan kepalaku wulan faham dan segera menarik tanganku menuju perpustakaan]
"Mana bukunya Nona ajaibb?" tanyaku kemudian memecah heningnya perpustakaan.
"sssttt.. pelanin dikit napa tu mulut bocorr hahaha..". sahut wulan sambil memegangi perutnya yang tak kuasa menahan geli, karena semua anak-anak diperpustakaan memandangiku.
"nah..mampus lhhoo... gue mau jajan ah ke kantin, loe cari aja sendiri di barisan kedua lemari ujung sana!!" Sambung Wulan yang bergegas meninggalkanku.

Seketika aku terdiam, bak diserang rasa tak percaya dan sedih kembali teringat sesalku. Rasa yang beberapa tahun yang lalu kembali hadir. saat mataku kembali berpapasan dengan mata kelam hitam seorang cowok tinggi dan tampan.. satu persatu nada indah keluar dari bibir tipisnya.

"Soory gue udah duluan pinjem tuh buku.. ". Dengan suara pelan membuyarkan khayal semuku.
"Astagfirullahhaladzimm..." tak kuasa ku teteskan airmata ini dihadapan sosok itu, tanpa rasa malu ataupun canggung.
Gayanya, Senyumnya, wajahnya, postur tubuh hingga suaranya. semuanya sama persis seperti Alm. Adrian.
Aku berlari sekuat tenaga mencoba menjauh, hadirnya sosok baru yang sama persis telah mengusik kisi-kisi sanubari yang dulu telah usang karena sesal yang tak kunjung sirna.

"YA RABB, Berikan tempat yang mulia disisi-MU, jika aku boleh meminta izinkan aku perbaiki kisah hidup dan sesalku mungkin lewat sosok Adrian yang baru".